Jumat, 30 Januari 2009

sekilas mengenai hobi

Hobi adalah sesuatu kegiatan yg dikerjakan di waktu luang dan bertujuan untuk mencari kesenangan (positif)..gitu kata ahli bahasa Wink

adapun hobi itu sendiri yaitu seperti bersepeda, otak atik komputer, memelihara binatang, traveling, membaca, memasak dan masih banyak lagi. hobi yang positif akan menimbulkan suatu kasiat yang positif pula bagi diri kita sendiri yang menjalankan hobi itu sendiri.


Anda pasti memiliki hobi, apa pun jenisnya. Lantas, apa hubungan hobi dengan uang?

Sederhana saja. Secara umum, hobi pasti membutuhkan dana. Sebut saja, kalau hobi membaca buku, Anda mesti mengalokasikan dana untuk membeli buku baru. Kalau Anda hobi jalan-jalan, kebutuhan dana akan lebih besar lagi. Apalagi, kalau hobi Anda berbelanja. Ini tidak saja membutuhkan dana besar, tetapi juga bisa membahayakan stabilitas keuangan Anda jika tidak dikelola secara arif.

Itu konsekuensi yang akan terjadi bila Anda menganggap hobi identik dengan pengeluaran. Padahal, dalam realitasnya, hobi tidak selalu mesti menghabiskan uang banyak, tetapi bisa juga malah menghasilkan uang. Atau paling tidak, kalaupun membutuhkan uang, dana yang dikeluarkan bisa tidak terlalu besar. Dengan kata lain, Anda mesti melakukan upaya pengelolaan dana untuk kegiatan hobi melalui suatu perencanaan keuangan. Bagaimana konkretnya?

Utamanya, pahami bahwa alokasi pengeluaran Anda adalah maksimal 70 persen untuk konsumsi. Nah, hobi sebenarnya adalah bagian dari pengeluaran konsumsi. Kalau Anda membeli makanan, itu berarti konsumsi perut Anda. Kalau Anda membeli CD atau kaset dan radio, itu adalah konsumsi telinga Anda. Ada lagi konsumsi untuk mata Anda dan bahkan konsumsi perasaan Anda.

Jadi, kalau Anda hendak menjalani hobi, misalnya, belanja buku, koleksi CD, jalan-jalan, atau taruhan sepak bola, dananya harus menjadi bagian dari pengeluaran untuk membiayai konsumsi.

Sekarang, berapa persen yang layak dialokasikan untuk membiayai hobi Anda?

Untuk menjawab pertanyaan ini, pahami dulu bahwa menjalani hobi adalah untuk memenuhi kebutuhan tersier, bukan kebutuhan primer atau sekunder.

Artinya, kalaupun Anda tidak menjalani hobi itu, tidak apa-apa juga. Paling-paling perasaan Anda terganggu. Misalnya, Anda suka menonton film lalu tidak menonton film di bioskop, apakah Anda akan menderita sakit? Atau apakah tidak bisa menonton televisi?

Artinya, cukup banyak alternatif dalam menjalani hobi yang sebenarnya bisa mengurangi pengeluaran. Dengan kata lain, kalaupun ada alokasi dana untuk membiayai hobi, dana itu bukanlah keharusan. Dana tersebut hanya layak dipergunakan jika kebutuhan lain yang bersifat primer dan sekunder sudah terpenuhi.

Konkretnya, dari 70 persen alokasi penghasilan untuk konsumsi, harus dipilah lagi berapa persen untuk kebutuhan primer dan sekunder, sisanya baru bisa dipakai untuk konsumsi tersier, termasuk membiayai hobi.

Efisiensi

Setelah memahami alokasi dana untuk membiayai hobi, lakukan efensiensi dalam menjalani hobi dimaksud. Seperti contoh di atas, misalnya, Anda suka membaca buku dan selama ini selalu membeli buku baru. Memang tidak salah karena hobi membaca termasuk positif.

Namun, apakah buku-buku tersebut harus selalu semuanya dibeli? Apakah Anda tidak bisa meminjam dari perpustakaan? Atau kalaupun beli, apakah harus semuanya? Ingat, hobi biasanya juga bisa membentuk komunitas. Cukup banyak kalangan yang hobi membaca buku lantas membentuk komunitas penggemar buku. Kenapa Anda tidak bergabung dalam komunitas tersebut dan bertukar buku di antara sesama anggota. Jika ini dilakukan, bayangkan berapa banyak penghematan yang Anda lakukan.

Anda mungkin akan mengatakan, cara semacam itu hanya berlaku untuk hobi-hobi tertentu saja. Anda keliru. Semua hobi sebenarnya memiliki komunitas tersendiri. Dan semua kebutuhan dana untuk menjalani hobi tersebut bisa dibagi.

Sebut saja, misalnya, Anda hobi melakukan perjalanan. Kalau Anda berwisata sendiri, biayanya akan lebih besar ketimbang beramai-ramai. Ringkasnya, apa pun hobi Anda, sebenarnya jika dicari peluangnya, akan Anda temukan cara untuk mengurangi pengeluaran demi membiayai hobi tersebut.

Produktif

Paparan di atas baru sekadar upaya mengurangi biaya konsumsi dalam membiayai hobi. Lebih dari itu, sebenarnya ada pula strategi menjadikan hobi sebagai kegiatan produktif yang malah bisa menghasilkan uang.

Prinsipnya, hobi tersebut mesti ditekuni sungguh-sungguh dan Anda lakukan eksplorasi terhadap hobi dimaksud. Apa maksudnya?

Begini, jika memiliki hobi memasak, tentunya Anda akan mampu membuat masakan yang enak. Selanjutnya masakan yang enak itu bisa Anda tawarkan kepada handai tolan Anda. Suatu ketika mereka menginginkan masakan itu, Anda bisa menjualnya kepada mereka.

Lebih jauh lagi, hobi memasak tersebut bisa menjadikan Anda koki profesional yang kemudian berdampak komersial, apakah itu dengan membuka bisnis jasa boga atau bisnis kue.

Contoh lain, Anda penggemar musik. Atau suka bermain musik. Suatu ketika Anda bisa membuat musik yang bagus dan kemudian malah bisa dijual. Atau katakanlah Anda penggemar golf. Anda tekuni hobi itu, lantas berprestasi dan menjadi juara di mana-mana. Implikasinya, Anda mendapat hadiah uang dan lain sebagainya.

Pendeknya, hobi sebenarnya tidak selalu menjadi biaya sepanjang ditekuni serius dan dikelola sedemikian rupa sehingga suatu ketika malah menghasilkan pendapatan tambahan. Selamat mencoba.

Jumat, 09 Januari 2009

Menulis: hobby, terapi, belajar, atau pekerjaan



Menulis sebagai hobby
Kalau sudah menjadi hobi, apapun akan dilakukan dengan senang hati. Seorang yang hobinya nge-game, dibela-belain sampai subuh gak tidur demi menyelesaikan misi-nya. Demikian juga dengan seorang yang hobinya menulis.

Setiap ada kejadian, pasti berusaha untuk dituliskan. Buku catatan harian (diary), desktop, blog, bahkan di mobile-devicepun semua berisi tulisan-tulisan pribadinya.
Yang jelas, penulis kategori ini, every-time every-where nulis terus. Dan tentunya, tulisan-tulisan tersebut didasari oleh suatu kejadian yang memicunya untuk menulis. Bukannya mekso!

Menulis untuk terapi
Saya pernah membaca sebuah artikel (lupa kapan dan dimana), menulis dapat digunakan sebagai terapi yang efektif bagi penderita penyakit kanker, khususnya bagi orang yang susah berkomunikasi dan cenderung mengasingkan diri.
Apa yang ditulis adalah salah satu usaha untuk mengobati dirinya sendiri. Misalnya:

“kanker termasuk satu penyakit dari sekian banyak penyakit mematikan lainnya. Apakah hidup saya akan selesai karena penyakit ini? Jodoh, rejeki, hidup, dan mati sudah digariskan oleh Tuhan. Sebagai hamba-Nya saya hanya berusaha menjalankan setiap apa yang diperintahkan, dan…”

“Mungkin besok saya sudah tiada, atau mungkin juga masih diberi kesempatan dalam beberapa hari, bulan, atau mendapat diskon beberapa tahun lagi. Apakah saya harus menyerah menghadapi kondisi sekarang ini? Penyakit yang saya derita, selama tidak menganggu kondisi fisik saya, maka saya menjadi orang normal seperti teman-teman yang lain. So… lets go! nge-blog lagi…”

ups… ini cuman contoh aja loH, saya sehat-sehat aja kok! gak kena kanker, meskipun sudah lama gak nge-blog. Kalau kanker = kantong kering, iya… :D

Menulis sebagai cara untuk belajar
Setiap orang punya cara sendiri untuk belajar. Salah satunya belajar dengan media menulis. Belajar dengan membuat sebuah tulisan. Misalnya dalam semester ini saya mendapat materi kuliah Java, maka saya coba menuliskan kembali apa-apa yang telah dijelaskan oleh dosen dan menambahkan beberapa informasi lain yang saya dapatkan dari buku. Mencoba membuat rangkuman sederhana.

Dalam proses menulis, mungkin saya menemukan beberapa pertanyaan/permasalahan yang tidak saya pahami. So… minggu depan, saya siapkan pertanyaan ini untuk ditanyakan ke pak/bu dosen.
Diupload ke blog? kenapa tidak… siapa tahu rangkuman kecil itu bermanfaat bagi orang lain. Atau, mungkin saja ada yang berkomentar dengan permasalahan2 yang saya temukan dan ungkapkan melalui tulisan itu.
Hmmm… gak ada salahnya to, belajar dengan menulis?!

Menulis karena Profesi (bukan hobby)
Menulis karena profesi tidak sama dengan menulis karena hobi. Meskipun sama-sama mempunyai tulisan yang banyak, atau dengan kata lain, menulis sebanyak mungkin, tetapi keduanya memiliki motivasi yang berbeda.
Menulis karena hobi adalah kegiatan menulis yang dilakukan dengan senang hati. Tidak ada tuntutan, tidak ada paksaan. Setiap selesai menulis, si-penulis langsung mendapatkan penghargaan dari dirinya sendiri, “Alhamdulillah… akhirnya selesai”. Kondisi mental/psikologisnya pun bertambah satu poin.
Berbeda dengan penulis profesi (belum tentu profesional) seperti yang dialami oleh para jurnalis, penulis buku, dan atau sejenisnya. Demi mencapai target atau deadline, akhirnya, apapun ditulis. Yang penting dapat honor, yang penting mencapai target, yang penting…

Bukan bermaksud memukul rata, tapi tidak sedikit penulis terpaksa semacam ini. Mau bukti? banyak tulisan-tulisan di koran (mungkin juga tabloid/majalah) yang notabene dibaca oleh banyak orang, ternyata banyak yang salah tulis (atau kesalahan tulis ulang, edited by editor).

Memancing


Kegiatan memancing entah itu di sungai, di laut atau hanya di kolam sekalipun, merupakan hal sederhana namun memiliki efek samping yang begitu besar. Bagi beberapa orang kegiatan memancing adalah sebagai pengobat rasa sepi, juga penghalau stress.

Saya dan teman-teman satu kantor berinisiatif untuk mengadakan pertemuan kecil-kecilan di kolam (orang Sunda lebih familiar dengan sebutan balong) milik teman di daerah Arjasari, Banjaran daerah selatan Kabupaten Bandung.

Hanya bermodalkan beberapa ratus ribu hasil patungan, maka dimulailah lomba memancing. Beberapa alat pancing disiapkan untuk berlomba. Beberapa teman yang memang hobi memancing pun telah siap dengan aksinya.

Saya iseng ingin mencoba, dan baru kali itu saya memegang alat pancing yang lumayan berat. Awalnya bila saya melihat beberapa teman yang sudah lihai membuat adonan umpan, lalu memungutnya dengan jari dan ditempelkan di ujung benang pancing, saya pikir sebegitu mudahnya. Kemudian, hanya tinggal melempar benang pancing ke tengah kolam sejauh mungkin dan tunggulah hingga alat pancing bergerak. Jika sudah terasa, kita tarik pancingnya maka saat itulah mungkin ikan besar tengah terjebak, dan kena kait pancingnya.

Saya siap dengan alat pancing milik teman yang nganggur. Dengan sedikit pengarahan, juga setelah diinstruksikan: bila terasa ada yang bergerak, maka cepat-cepat tungkai yang saya pegang cepat-cepat ditarik dan diputar untuk menarik ke atas benang pancing yang terulur ke tengah kolam. Saya juga harus begitu responsif terhadap getaran dan gerakan tersebut.

Saya hanya berteriak begitu alat pancing bergetar, dan saya takjub begitu ada hewan bergerak-gerak, bersirip dan juga bersisik. Itu ikan!!

Semua tertawa begitu melihat hasil pancingan saya yang kecil. Itu ikan apa? Ya memang ikan, namun bukan ikan emas, seperti harapan teman-teman saya.

Ternyata memancing itu menyenangkan, namun menyusahkan. Susah bagi saya yang belum ahli, belukm lihai, dan belum tahu trik mantap yang digunakan beberapa teman saya.

Dalam waktu setengah jam, teman saya bisa mendapatkan ikan kurang lebih delapan ekor. Saya? satu saja susahnya minta ampun, begitu dapat, malah ikan kecil yang terpancing.

Saya pernah melihat acara di televisi tentang hobi memancing. Di perairan luas mereka memancing, dan tak tanggung-tanggung, sekalinya memancing yang didapat ikan pesut, ikan pari dan ikan-ikan lainnya.

Sebegitu menyenangkankah kegiatan memancing? Saya telah membuktikanya, meski menunggu ikan terpancing atau terjaring begitu membosankannya, namun begitu melihat ikan kecil saja terpancing rasa bangga itu luar biasa datang begitu besarnya.

Pantas saja banyak orang suka kegiatan memancing. Untuk menghibur hati, refreshing dan juga mungkin suatu saat nanti bisa menjadi lahan bisnis baru.

FOTOGRAFI


DASAR-DASAR FOTOGRAFI
Siapa saja bisa memotret. Dengan tambahan pikiran kreatif dan kerja keras, kita dapat menciptakan gambar hebat yang menunjukkan segenap kreasi dan interpretasi terhadap apa yang dilihat dan jepret. Nah, seni mengabadikan gambar dengan menggunakan kamera di sebut dengan

Fotografi.
Fotografi berasal dari bahasa Latin yaitu: photos adalah cahaya, sinar. Sedang graphein berarti tulisan, gambar atau disain bentuk. Jadi, fotografi secara luas adalah menulis atau menggambar dengan menggunakan cahaya. Gambar mati atau lukisan yang didapat melalui proses penyinaran dengan menggunakan cahaya.Karena dalam membuat gambar kita mengguanakan alat kamera maka sudah tentu kita harus benar-benar menguasai alat tersebut juga beberapa teknik dasarnya.
Dalam menggunakan kamera kita mengenal apa yang disebut dengan:

1. Fokus
Fokus adalah titik api

2. Rana/Kecepatan
Rana adalah tirai yang bergerak turun naik di dalam kamera yang berfungsi untuk mengatur berapa lama film hendak disinari. Rana memiliki satuan dengan nomor: B-1-2-4-8-15-30-60-125-250-500-1000-2000. Besar kecilnya satuan rana dapat ditentukan sendiri dengan mengatur besar dan kecilnyanya satuan rana dan besarnya diafragma.
Ada beberapa rana dalam kamera. Diantaranya rana celah dan rana pusat. Rana celah ada dua yaitu: Rana celah vertical dan horizonta. Keduanya terletaDia pada kamera yang bertugas menutup tirai dan mengikuti fungsinya. Rana vertial menutup secara vertikal dan yang horizontal menutup secara horizontal.
Sedang Rana pusat adalah, Rana yang terletak pada lensa letaknya berdampingan dengan diafragma dan menutupnya dengan cara memusat.

3. Diafragma
Diafragma adalah lubang dalam lensa kamera tempat cahaya masuk saat melakukan pemotretan. Diafragma memiliki beberapa ukuran atau angka-angka. Setiap lensa mempunyai perbedaan bukaan diafragma masing-masing. Biasanya, ukuran diafragma dimulai dengan 2,8-4-5,6-8-11-16-22. Besar kecilnya bukaan diafragma yang kita pilih menghasilkan foto yang berbeda. Bukaan diafragma kecil akan menghasilkan ruang yang luas. Sedang bukaan diafragma besar akan membuat ruang tajam sempit (Blur).
Atau mudahnya, diafragma artinya bukaan lensa. Efeknya, makin besar bukaan,maka makin besar kecepatan yang dibutuhkan, speed makin tinggi. Efek lainnya, makin besar bukaan, makin sempit ruang tajamnya, artinya makin besar efek blur untuk daerah diluar ruang tajam yang fokus. Banyak cara dan tujuan penggunaan/pemilihan diafragma, yg antara lain akan jelas mempengaruhi konteks dari foto yg kita buat
Misal untuk memotret landscape, dengan memakai kamera apapun, coba setel ke diafragma paling sempit (angka paling besar) yang mungkin dicapai, lalu diimbangi dengan penyetelan lama waktu bukaan seperlunya (perhatikan light meter).
Tapi khususnya untuk pemotretan malam, kadang kita tidak bisa mencapai bukaan paling sempit karena terbatas waktu bukaan shutter yang tidak bisa terlalu lama, apalagi di kamera prosumer yang biasanya terbatas hanya 13 detik maksimum. Untunglah untuk kamera digital prosumer hal ini tidak masalah, soalnya dengan ukuran sensor yang jauh lebih kecil daripada satu frame film 35mm maka ruang tajam tetap cukup luas, walaupun diafragma disetel ke f/3.5 misalnya. Dan, semuanya tergantung bagaimana foto akan kita buat.

4. Pencahayaan
Pencahayaan adalah proses menyinari film dengan cahaya yang datang dari luar kamera dengan mengontrol besarnya diafragma dan kecepatan.Dalam pencahayaan, bukaan diafragma menentukan intensitas cahaya yang diteruskan film. Sedangkan kecepatan rana menentukan jangka waktu transmisi sinar.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menentukan kombinasi yang tepat antara bukaan diafragma dengan kecepatan. Salah satunya dengan memilih prioritas diafragma. Maksudnya, pemotret bisa memilih berapa besar bukaan diafragma yang akan digunakan. Setiap bukaan diafragma yang dipilih akan membuat hasil gambar yang berbeda. Bila pemotret memilih menggunakan rana tinggi, maka itu berguna untuk menghentikan aksi. Sedang rana rendah akan membuat aksi kabur.Sedang untuk mengambil gambar di tempat dengan cahaya yang kurang maka untuk mengatasinya yang dilakukan oleh fotografer adalah memakai film dengan kecepatan tinggi. Misalnya Iso 400, 600, 800 atau Iso 1600.
Cara untuk mengukur pencahayaan biasanya ada di setiap kamera. Untuk mengukur cahaya agar sesuai, kita bisa mensiasatinya dengan cara mengukur telapak tangan atau mendekatkan kamera kita sekitar 30 cm dari objek. Maka, kita akan mendapatan pencahayaan yang sesuai.Untuk mendapatkan cahaya yang baik dalam pemotretan biasanya kita akan memilih memotret pada jam 08.00-10.00 dan 16.00-18.00. biasanya dalam waktu ini, cahaya dalam kondisi yang baik, dan tak terlalu keras.

Dalam pencahayaan ada beberapa teknik yang harus diperhatikan. Diantaranya:
Penerangan depan: Sumber cahaya berasal dari depan objek. Cahaya ini akan menghasilkan gambar yang datar.
Penerangan belakang : Sumber cahaya berasal dari belakang objek. Dengan sumber cahaya yang seperti ini maka objek yang kita ambil menjadi shiluette (hitam). Pemotretan dengan sumber cahaya dari belakang dilakukan bila kita ingin membuat sebuah foto shiluete.
Penerangan Samping : Pemotretan dengan memakai sumber cahaya dari samping membuat objek yang kita ambil akan nampak tegas. Biasanya cahaya ini

5. Lensa
Lensa adalah alat yang terdiri dari beberapa cermin yang berfungsi mengubah benda menjadi bayangan, terbalik dan nyata. Lensa terletak di depan kamera. Ada beberpa jenis lensa. Lensa normal, lensa lebar (wide) dan lensa panjang atau biasa disebut dengan lensa tele.

- Lensa normal berukuran fokus sepanjang 50 mm atau 55 mm untuk film berukuran 35 mm. Sudut pandang lensa ini hampir sama dengan sudut pandang mata manusia. Selain lensa lebar, ada juga lensa tele.
- Lensa lebar bisanya mempunyai lebar fokusnya 16-24mm. Lensa ini cocok untuk mengambil gambar pemandangan.
- Lensa tele adalah lensa yang memiliki focal length panjang. Lensa ini dapat digunakan untuk memperoleh ruang tajam yang pendek dan dapat menghasikan prespektif wajah yang mendekati aslinya. Lensa ini biasanya berukuran 85mm, 135mm dan 200mm.

Biasanya fotografer menggunakan lensa sesuai dengan kebutuhannya. Bila ingin memotret benda atau objek yang dekat, atau memotret pemandangan, biasanya mereka menggunakan lensa normal atau lensa dengan sudut lebar.
Namun bila fotografer ingin mengabadikan sebuah moment tertentu dengan jarak yang jauh, biasanya mereka menggunakan lensa tele. Dengan demikian, mereka tak perlu repot untuk membidik objek, dan kerja mereka akan semakin mudah.
Selain lensa normal dan lensa tele, ada juga jenis lensa lainnya yang biasa disebut dengan lensa variasi atau lensa special (special lense). Biasanya lensa ini digunakan untuk keperluan tertentu. Contohnya fish eye lens (lensa mata ikan - 180 derajat). Memotret dengan lensa ini fotografer akan memperoleh hasil yang unik. Namun, lensa ini tidak berfungsi untuk menyaring sesuatu kecuali mengubah pandangan guna mencapai hasil yang menyimpang dari pemotretan biasa.
Bila fotografer ingin mengambil objek dengan ukuran kecil atau pemotretan berjarak dekat (mendekatkan pemotret ke objek), umumnya lensa yang dipakai adalah lensa makro. Lensa ini biasanya juga dipakai untuk keperluan reproduksi karena dapat memberikan kualitas prima dan distorsi minimal. Misalnya: untuk memotret bunga, serangga, dll.


Selain peralatan, untuk menghasilkan sebuah foto yang baik kita juga harus memperhatikan beberapa hal diantaranya: Komposisi, cahaya, garis, bentuk, tekstur, rupa, warna dan vertical atau horizontal.

6. Komposisi
Komposisi adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang gambar agar objek menjadi pusat perhatian (POI=Point of Interest). Dengan mengatur komposisi foto kita juga dapat dan akan membangun “mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek.
Berbicara komposisi maka akan selalu terkait dengan kepekaan dan “rasa” (sense). Untuk itu sangat diperlukan upaya untuk melatih kepekaan kita agar dapat memotret dengan komposisi yang baik.
Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menghasilkan komposisi yang baik.Diantaranya:
Sepertiga Bagian (Rule of Thirds)
Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang Umum lakukan, di mana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto.

a. Sudut Pemotretan (Angle of View)
Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Maka dari itu, jika kita ingin mendapatkan satu moment dan mendapatkan hasil yang terbaik, kita jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah dari yang standar (sejajar dengan objek), kemudian cobalah dengan berbagai sudut pandang dari atas, bawah, samping sampai kepada sudut yang ekstrim.

b. Komposisi pola garis Diagonal, Horizontal, Vertikal, Curve.
Di dalam pemotretan Nature, pola garis juga menjadi salah satu unsur yang dapat memperkuat objek foto. Pola garis ini dibangun dari perpaduan elemen-elemen lain yang ada didalam suatu foto. Misalnya pohon,ranting, daun, garis cakrawala, gunung, jalan, garis atap rumah dan lain-lain..
Elemen-elemen yang membentuk pola garis ini sebaiknya diletakkan di sepertiga bagian bidang foto. Pola Garis ini dapat membuat komposisi foto menjadi lebih seimbang dinamis dan tidak kaku.

c. Background (BG) dan Foreground (FG)
Latar belakang dan latar depan adalah benda-benda yang berada di belakang atau di depan objek inti dari suatu foto. Idealnya, BG dan FG ini merupakan pendukung untuk memperkuat kesan dan fokus perhatian mata kepada objek.
Selain itu juga “mood” suatu foto juga ditentukan dari unsur-unsur yang ada pada BG atau FG. BG dan FG, seharusnya tidak lebih dominan (terlalu mencolok) daripada objek intinya. Salah satu caranya adalah dengan mengaburkan (Blur) BG dan FG melalui pengaturan diafragma.

d. Beberapa teknik sudut pengambilan sebuah foto, yaitu:

- Pandangan sebatas mata (eye level viewing);
paling umum, pemotretan sebatas mata pada posisi berdiri, hasilnya wajar/biasa, tidak menimbulkan efek-efek khusus yang terlihat menonjol kecuali efek-efek yang timbul oleh penggunaan lensa tertentu, seperti menggunakan lensa sudut lebar, mata ikan, tele, dan sebagainya karena umumnya kamera berada sejajar dengan subjek.

- Pandangan burung (bird eye viewing);
bidikan dari atas, efek yang tampak subjek terlihat rendah, pendek dan kecil. Kesannya seperti “kecil”/hina terhadap subjek. Manfaatnya seperti untuk menyajikan suatu lokasi atau landscap.

- Low angle camera;
pemotretan dilakukan dari bawah. Efek yang timbul adalah distorsi perspektif yang secara teknis dapat menurunkan kualitas gambar, bagi yang kreatif hal ini dimanfaatkan untuk menimbulkan efek khusus. Kesan efek ini adalah menimbulkan sosok pribadi yang besar, tinggi, kokoh dan berwibawa, juga angkuh. Orang pendek akan terlihat sedikit “normal”. Menggambarkan bagaimana anak-anak memandang “dunia” orang dewasa. Termasuk juga dalam jenis ini pemotretan panggung, orang sedang berpidato di atas mimbar yang tinggi.

- Frog eye viewing,
pandangan sebatas mata katak. Pada posisi ini kamera berada di bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak diarahkan ke atas, tetapi mendatar dan dilakukan sambil tiarap. Angle ini digunakan pada foto peperangan, fauna dan flora.

- Waist level viewing,
pemotretan sebatas pinggang. Arah lensa disesuaikan dengan arah mata (tanpa harus mengintip dari jendela pengamat). Sudut pengambilan seperti ini sering digunakan untuk foto-foto candid (diam-diam, tidak diketahui subjek foto), tapi pengambilan foto seperti ini adalah spekulatif.

- High handheld position;
pemotretan dengan cara mengangkat kamera tinggi-tinggi dengan kedua tangan dan tanpa membidik. Ada juga unsur spekulatifnya, tapi ada kiatnya yaitu dengan menggunakan lensa sudut lebar (16 mm sampai 35 mm) dengan memposisikan gelang fokus pada tak terhingga (mentok) dan kemudian memutarnya balik sedikit saja. Pemotretan seperti sering dilakukan untuk memotret tempat keramaian untuk menembus kerumunan.


7. Film
Film adalah media untuk merekam gambar yang terdiri dari lempengan tipis dengan emulsi yang peka cahaya. Karena peka cahayalah yang membuat film harus disimpan dalam kotak atau tabung yang tak terkena cahaya. Film mempunyai ukuran 35mm dan 120mm atau disebut medium format.
Ada beberapa jenis film. Diantaranya:

- NEGATIF FILM:
Film negatif atau klise, adalah sebutan untuk citra yang terbentuk pada film sesudah dipotretkan dan sesudah dikembangkan, di mana bagian yang terlihat gelap pada gambar, pada objek terlihat terang. Warna yang timbul berlawanan karena bagian terang dari objek memantulkan banyak cahaya ke film dan menghasilkan area gelap

- X-RAY FILM:
Film sinar-x. Film ini dibuat kontras dan dibungkus dengan kertas timah. Karena sinar x dapat menembus benda-benda padat seprti kulit, tekstil, dan lain-lain, maka dalam pemotretan akan tampak bayangan-bayangan yang mengganggu. Film ini biasa digunakan dalam bidang kedokteran dan pengobatan.

- POLAROID FILM:
Polaroid film adalah film yang digunakan untuk menghasilkan foto dalam waktu singkat tetapi tidak mempunyai negatif. Dahulu banyak fotografer professional yang menggunakan kamera ini namun semakin hari kamera dan film jenis ini sudah ditinggalkan. Hanya sebagian fotografer yang masih memakainya. Film Polaroid ditemukan oleh dr Land.

- ORTHOCHROMATIC FILM:
Film yang sensitif terhadap warna biru dan hijau tapi tidak pada merah.

- MEDIUM FILM:
Film dengan kecepatan sedang (ISO 100, 200). Kelompok film yang paling popular dan banyak diminati pemotret. Ideal untuk pemotretan dalam cuaca yang terang/cerah.


8. Iso
Iso adalah standard untuk kategori film yang digunakan yang mengindikasikan besar kepekaan film terhadap cahaya. Semakin kecil angka iso, semakin rendah kepekaannya terhadap cahaya. Kepekaan cahaya ini sangat menjadi prioritas dalam pemotretan. Biasanya bila kita ingin memotret pada suasana cahaya yang terang maka, kita dianjurkan memakai film dengan Iso 100 atau film dengan kecepatan rendah.
Ukuran Iso pada film ada berbagai jenis ukuran: 25-50-100-200-400-600-800 dan 1600.


9. Filter
Penyaring dalam bentuk kaca yang tembus cahaya yang mempunyai ketebalan rata . Filter biasanya dipasang di ujung depan lensa. Ada beberapa jenis filter, diantaranya:

- POL COLOR FILTER:
Filter yang terdiri dari selembar polarisator kelabu dan polarisator warna, terdapat berbagai kombinasi warna sehingga dapat digunakan untuk efek-efek tertentu.

- POL CONVERSION FILTER:
Filter terdiri dari selembar polarisator dengan filter konversi warna (85B). Biasanya juga digunakan untuk jenis kamera kine, sehingga memungkinkan film tungsten digunakan untuk cerah hari dan mempunyai efek seperti filter polarisasi.

- POL FIDER FILTER:
Filter yang terdiri dari dua filter PL linier yang digabung menjadi satu. Jumlah filter yang masuk dapat diatur dengan memutar gelang filter.

- POLARIZING CIRCULAR FILTER:
Filter yang dibuat dari lembaran polarisator linier dan keeping quarter wave retardation, dilapi di antara dua gelang filter. Efeknya sama dengan filter polarisasi, biasanya digunakan untuk kamera kine.

- POLARIZING FILTER:
Filter polarisasi, dipakai untuk menghilangkan refleksi dari segala permukaan yang mengkilap. Filter ini terdiri dari dua bagian, bagian yang satu dengan lain dapat diputar-putar untukmendapatkan sudut paling ideal menghilangkan refleksi, menambah saturasi warna dan menembus kabut atmosfer. Juga berguna untuk membirukan langit.

- ND FILTER:
Filter ND. Filter ini berfungsi untuk menurunkan kekuatan sinar 2 kali sampai 8 kali. Filter ini bernada abu-abu muda atau sedang dan tidak mengubah warna gambar.

- NEBULA FILTER:
Filter yang menghasilkan gambar dengan efek pancaran sinar radial yang berpelangi.


10. Lain-lain

Exposure meter, pengukur cahaya. Hampir tiap kamera modern memiliki pengukur cahaya internal. Selain itu juga tersedia pengukur cahaya eksternal.

Exposure metering (sering disingkat dengan metering saja), metode pengukuran cahaya
1. Average metering, mengukur cahaya rata-rata seluruh frame.
2. Center-weighted average metering, mengukur cahaya rata-rata dengan titik berat bagian tengah.
3. Matrix/Evaluative metering, Mengukur cahaya di berbagai bagian dari frame, untuk kemudian dikalkulasi dengan metode-metode otomatis tertentu.
4. Spot metering, mengukur cahaya hanya pada bagian kecil di tengah frame saja.

Exposure compensation, 18% grey. Exposure meter selalu mengukur cahaya dan menhasilkan pengukuran sehingga terang foto yang dihasilkan berkisar pada 18% grey. Jadi kalau kita membidik sebidang kain putih dan menggunakan seting exposure sebagaimana yang ditunjukan oleh meter, maka kain putih tersebut akan menjadi abu-abu dalam foto. Untuk mengatasi hal tersebut kita harus melakukan exposure compensation. Exposure kita tambah sehingga kain menjadi putih.

Under exposured, foto terlalu gelap karena kurang exposure.
Over exposured, foto terlalu terang karena kelebihan exposure

Istilah stop. Naik 1 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 2 kali. Naik 2 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 4 kali. Turun 1 stop exposure diturunkan menjadi 1/2 kali. Turun 2 stop exposure diturunkan menjadi 1/4 kali.
Kenaikan 1 stop pada aperture sebagai berikut: f/22; f/16; f/11; f/8; f/5,6; f/4; f/2,8; f/2. Beda f number tiap stop adalah 0,7 kali (1/Ö2).
Kenaikan 1 stop pada kec. Rana sebagai berikut: 1/2000; 1/1000; 1/500; 1/250; 1/125; 1/60; 1/30; 1/15; 1/8; 1/4; 1/2; 1. Beda speed tiap stop adalah 2 kali.

DOF, Depth of Field, kedalaman medan. DOF adalah daerah tajam di sekitar fokus.
Kedalaman medan dipengaruhi oleh besar aperture, panjang fokal, dan jarak ke obyek.
1. Aperture, semakin besar aperture (f number makin kecil) maka DOF akan makin dangkal/sempit.
2. Panjang fokal (riil), semakin panjang fokal, DOF makin dangkal/sempit.
3. Jarak ke obyek, semakin dekat jarak ke obyek maka DOF makin dangkal/sempit.

Pemilihan DOF
Jika DOF sempit, FG dan BG akan blur. DOF sempit digunakan jika kita ingin mengisolasi/menonjolkan obyek dari lingkungan sekitarnya misalnya pada foto-foto portrait atau foto bunga.

Jika DOF lebar, FG dan BG tampak lebih tajam. DOF lebar digunakan jika kita menginginkan hampir seluruh bagian pada foto nampak tajam, seperti pada foto landscape atau foto jurnalistik.
Shooting mode

semoga berguna buat yang mau belajar dalam dunia photography

Geliat Bisnis di Kalangan Mahasiswa Hobi Pelihara Kucing Bisa Menopang Kuliah


Geliat Bisnis di Kalangan Mahasiswa Hobi Pelihara Kucing Bisa Menopang Kuliah

Mahasiswa tak hanya bisa demo. Ada juga yang pintar berbisnis, seperti empat mahasiswa semester 4 jurusan akutansi
Fakultas Ekonomi Unair Surabaya ini. Dari jerih payahnya, mereka bisa membiayai kuliah sendiri.
Pada usia rata-rata 20 tahun, Bram Nuranto (asal Jakarta), Tommy Hikmat (Bogor), Agung Rizky (Jakarta), dan Firman
Santoso (Jakarta), menekuni usaha ternak kucing Persia. “ Mungkin karena jauh dari orang tua, kami harus coba
cari uang jajan sendiri” tutur Bram.


Awalnya mereka hanya sebatas hobi merawat kucing Persia. Masing-masing punya satu ekor. Tapi, kemudian muncul
ide menjadikan hobi ini sebagai bisnis, dengan catatan kucing mereka tak jadi komoditas.


Mereka sepakat membeli Persia betina hamil. Anak-anak indukan inilah yang menjadi cikal bakal bisnis mereka. Sukses
tahap pertama, mereka kembali mencari Persia betina hamil dan menjual anakannya.


Kucing Persia dikenal dengan bulu yang panjang dan lebat. Spesies ini sesungguhnya berasal dari jazirah Persia (Iran)
dan masuk ke Eropa pada abad ke-16. Kucing jenis ini biasa dipelihara oleh kaum bangsawan dan menjadi simbol
keagungan dan kekayaan.


Kini, walau pun sudah beradobsi dan beranak pinak di berbagai negara, masih saja disebut kucing Persia. Padahal, jenis
ini bisa diimpor dari Rusia, Amerika Serikat, dan bahkan Eropa.


“Kucing yang bersertifikat harganya sekitar 7-8 juta rupiah” tambah Rizky.


Kucing Persia umumnya disebut jenis Pedigree (bersertifikat), non-Pedigree (belum sertifikat), dan Persia Medium (tidak
diketahui asal usulnya). Sertifikat kucing Persia (dari keturunan induk yang jelas) dikeluarkan oleh Indonesia Cat
Association (ICA).


Kucing Persia tak bersertifikat harganya bervariasi mulai Rp 1 juta sampai Rp 3 juta, bergantung keindahan bentuk
tubuh tubuh dan warna bulunya.




Uang hasil bisnis kucing semakin memacu Bram cs untuk terus mengembangkan usaha. Dua bulan lalu, mereka
mengontrak rumah di daerah Jambangan khusus untuk pengembangbiakkan 7 ekor indukan Persia.




Uang sewa rumah dengan dua kamar ini Rp 6 juta/tahun. Mereka juga merekrut seorang tenaga khusus yang digaji Rp
600.000/bulan untuk membersihkan kandang dan memberi makan. Modal yang mereka putar dalam bisnis ini sekarang
mencapai sekitar Rp 50 juta.




Di rumah kontrakan inilah setiap hari selepas kuliah mereka rutin bertemu. Selain melepas “rindu” pada
masing-masing kucing, mereka juga membahas mata kuliah dan “pemasaran” kucing yang akan dijual
melalui iklan di suratkabar. “Dua-duanya kami terapkan. Ya kuliah, ya bisnis” tambah Firman.




Kini, kucing Persia mereka 20 ekor, terdiri dari 7 indukan dan 13 anakan. Dua di antara indukan hamil. Kalau lancar, dua
bulan lagi akan lahir sekitar 10 anakan baru, sehingga terdapat 23 Persia “bakalan” yang siap dilepas ke
pasar.


Jika harga per ekor rata-rata Rp 1,5 juta, maka Bram cs setidaknya bakal menuai duit Rp 34,5 juta ( hasil kotor). Tentu
saja empat mahasiswa ini harus terus mengatur siklus kehamilan indukan kucing Persia agar ritme bisnis tetap terjaga

Macam/Jenis Benda Koleksi & Cara Menjadi Kolektor Yang Baik Sebagai Kegemaran/Hobi Kita

Macam/Jenis Benda Koleksi & Cara Menjadi Kolektor Yang Baik Sebagai Kegemaran/Hobi Kita

Mengumpulkan benda-benda yang kita sukai memang menyenangkan. Selain memberikan kepuasan tersendiri, ternyata banrang yang kita kumpulkan dan kita simpan sebagai barang koleksi bisa mendatangkan rezeki di masa depan ketika kita sudah bosan atau butuh uang.

Berikut ini adalah beberapa jenis benda koleksi yang cukup populer baik di waktu yang lalu maupun di saat ini :

1. Duit / Uang Kuno Kertas dan Koin
2. Kartu Telepon
3. Perangko
4. Buku-Buku Tua
5. Barang-Barang Antik
6. Lukisan
7. Kartu Basket / Kartu Bola
8. Mobil-Mobilan Miniatur
9. Komik
10. Pakaian
11. Tutup Botol, Dsb

Sesuatu yang ada saat ini bisa mendatangkan keuntungan yang sangat besar di kemudian hari baik untuk kita sendiri maupun anak cucu kita. Selembar uang kertas kuno di tahun 1960 an atau lebih kuno harganya bisa mencapai lebih dari Rp. 100.000 rupiah.

Bayangkan saja kalau dari sekarang kita mengumpulkan uang fisik berbentuk kertas dan logam / plastik dari saat ini maka 50 tahun mendatang mungkin harganya sudah melambung tinggi. Semakin tinggi nilai uangnya maka kemungkinan langka semakin besar karena orang akan malas menyimpan uang Rp. 50.000 ke atas karena merasa lebih baik dibelanjakan sekarang daripada disimpan.

Sebagian besar uang yang buluk saat ini nantinya akan dimusnahkan oleh bank indonesia agar perekonomian dapat seimbang. Selain itu uang saat ini pun nantinya akan menjadi tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah karena adanya uang yang baru menggeser keberadaan uang lama. Begitu pun dengan barang-barang lain yang sejenis.

Cara Menjadi Kolektor Barang Koleksi Yang Baik :
1. Mengoleksi barang hanya untuk benda yang disukai saja.
2. Sesuaikan pengeluaran untuk barang koleksi dengan penghasilan.
3. Menyimpan dan merawat benda koleksi dengan baik.
4. Bergabung dengan komunitas barang koleksi yang sama.
5. Jangan pelit untuk menunjukkan barang koleksi anda pada orang lain.
6. Semakin langka koleksi kita maka semakin tinggi pula potensi kecurian, maka jagalah barnag koleksi dengan sebaik mungkin.
7. Relakan barang koleksi kita jika diminta negara untuk musium karena nantinya kita akan mendapat banyak pahala.
8. Bagi waktu dengan baik dengan aktivitas dunia nyata lain.

Barang-barang sekarang banyak yang unik dan bisa dikoleksi :
1. USB flash disk
2. Ponsel / HP / PDA
3. Kartu Simcard
4. Kartu Voucher Telepon Genggam
5. Bungkus Kemasan Produk, dll.

Airsoft Gun


Hobi yang satu ini mulai menjamur hampir di seluruh nusantara. Permainan dengan replika senapan militer berbagai jenis ini cukup menarik perhatian terutama di kalangan pria.

Bagi yang belum familiar dengan airsoft gun, tidak ada salahnya mencoba menengok sedikit informasi tentang hobi yang menarik bagi sebagian orang ini.

Airsoft gun atau air hobby gun adalah mainan replika senjata api yang dibuat sangat mirip dengan aslinya. Mainan ini menggunakan peluru berupa pelet plastik kaliber 6mm.

Permainan ini dikembangkan di Jepang sejak 1970 untuk mengakomodasi kebutuhan para penggemarnya karena adanya peraturan tidak boleh memiliki senjata api di kalangan sipil.

Jenis replika senjata ini banyak sekali, dari handgun, assault riffle, bahkan hingga senjata mesin berat dan granat. Semua replika tersebut tetap menggunakan peluru pelet plastik 6mm.

Sumber tenaga airsoft ini menggunakan angin yang bisa diperoleh dari baterai (AEG), gas, ataupun kokang (spring action). Konsep dasarnya adalah memberikan dorongan kepada peluru dengan tenaga angin agar peluru tersebut melesat mencapai sasaran.

Beberapa kalangan masih memperdebatkan tentang legalitas dari hobby ini, mengingat bahwa senjata ini merupakan replika dari senjata api. Di beberapa negara, sudah memiliki peraturan yang lebih jelas tentang eksistensi dari hobi ini. Peraturan yang diberlakukan bisa berupa larangan total, kebutuhan ijin khusus pemilik airsoft, penambahan identifikasi khusus pada senapan (untuk membedakan dengan senjata api asli), dan batas kekuatan lontaran peluru (diukur dengan joule).

Untuk memainkannya, airsoft gun tidak hanya membutuhkan peluru dan senapan, tapi juga membutuhkan gear tambahan untuk menjaga keselamatan pemain. Gear tersebut meliputi pakaian, jaket (atau vest), mask, gogle, dll. Peralatan ini selain melindungi, bisa juga dijadikan untuk identifikasi anggota tim yang sama saat bermain.

Dalam menggeluti hobi ini, banyak yang bisa kita peroleh. Yang pertama adalah kesenangan tersendiri bagi kita yang suka koleksi senjata. Yang kedua, mengembangkan relasi dalam komunitas. Selain itu, kita bisa belajar bertanggung jawab dan sportif, sebab senjata ini secara etik tidak boleh digunakan untuk menyakiti binatang atau pun orang lain diluar tujuan permainan.

Jadi, airsoft gun ini adalah seperti hobi yang lainnya, memiliki unsur fun tapi juga memiliki risiko. Tapi jika kita hanya memandang risikonya saja, hampir setiap hobi memiliki resiko seperti koleksi senjata tajam, bela diri, dll. Yang penting dari menggeluti hobiini adalah kemampuan kita untuk bertanggung jawab atas segala tindakan yang kita lakukan, termasuk dalam menggunakan airsoft gun.

Semoga hobi ini tetap bisa bertahan dan berkembang sebagai alternatif bagi orang yang tidak mampu (mahal) memperoleh ijin kepemilikan senjata api legal, tapi tetap bisa menyalurkan minatnya dalam senjata dan kemiliteran.