Jumat, 09 Januari 2009

Geliat Bisnis di Kalangan Mahasiswa Hobi Pelihara Kucing Bisa Menopang Kuliah


Geliat Bisnis di Kalangan Mahasiswa Hobi Pelihara Kucing Bisa Menopang Kuliah

Mahasiswa tak hanya bisa demo. Ada juga yang pintar berbisnis, seperti empat mahasiswa semester 4 jurusan akutansi
Fakultas Ekonomi Unair Surabaya ini. Dari jerih payahnya, mereka bisa membiayai kuliah sendiri.
Pada usia rata-rata 20 tahun, Bram Nuranto (asal Jakarta), Tommy Hikmat (Bogor), Agung Rizky (Jakarta), dan Firman
Santoso (Jakarta), menekuni usaha ternak kucing Persia. “ Mungkin karena jauh dari orang tua, kami harus coba
cari uang jajan sendiri” tutur Bram.


Awalnya mereka hanya sebatas hobi merawat kucing Persia. Masing-masing punya satu ekor. Tapi, kemudian muncul
ide menjadikan hobi ini sebagai bisnis, dengan catatan kucing mereka tak jadi komoditas.


Mereka sepakat membeli Persia betina hamil. Anak-anak indukan inilah yang menjadi cikal bakal bisnis mereka. Sukses
tahap pertama, mereka kembali mencari Persia betina hamil dan menjual anakannya.


Kucing Persia dikenal dengan bulu yang panjang dan lebat. Spesies ini sesungguhnya berasal dari jazirah Persia (Iran)
dan masuk ke Eropa pada abad ke-16. Kucing jenis ini biasa dipelihara oleh kaum bangsawan dan menjadi simbol
keagungan dan kekayaan.


Kini, walau pun sudah beradobsi dan beranak pinak di berbagai negara, masih saja disebut kucing Persia. Padahal, jenis
ini bisa diimpor dari Rusia, Amerika Serikat, dan bahkan Eropa.


“Kucing yang bersertifikat harganya sekitar 7-8 juta rupiah” tambah Rizky.


Kucing Persia umumnya disebut jenis Pedigree (bersertifikat), non-Pedigree (belum sertifikat), dan Persia Medium (tidak
diketahui asal usulnya). Sertifikat kucing Persia (dari keturunan induk yang jelas) dikeluarkan oleh Indonesia Cat
Association (ICA).


Kucing Persia tak bersertifikat harganya bervariasi mulai Rp 1 juta sampai Rp 3 juta, bergantung keindahan bentuk
tubuh tubuh dan warna bulunya.




Uang hasil bisnis kucing semakin memacu Bram cs untuk terus mengembangkan usaha. Dua bulan lalu, mereka
mengontrak rumah di daerah Jambangan khusus untuk pengembangbiakkan 7 ekor indukan Persia.




Uang sewa rumah dengan dua kamar ini Rp 6 juta/tahun. Mereka juga merekrut seorang tenaga khusus yang digaji Rp
600.000/bulan untuk membersihkan kandang dan memberi makan. Modal yang mereka putar dalam bisnis ini sekarang
mencapai sekitar Rp 50 juta.




Di rumah kontrakan inilah setiap hari selepas kuliah mereka rutin bertemu. Selain melepas “rindu” pada
masing-masing kucing, mereka juga membahas mata kuliah dan “pemasaran” kucing yang akan dijual
melalui iklan di suratkabar. “Dua-duanya kami terapkan. Ya kuliah, ya bisnis” tambah Firman.




Kini, kucing Persia mereka 20 ekor, terdiri dari 7 indukan dan 13 anakan. Dua di antara indukan hamil. Kalau lancar, dua
bulan lagi akan lahir sekitar 10 anakan baru, sehingga terdapat 23 Persia “bakalan” yang siap dilepas ke
pasar.


Jika harga per ekor rata-rata Rp 1,5 juta, maka Bram cs setidaknya bakal menuai duit Rp 34,5 juta ( hasil kotor). Tentu
saja empat mahasiswa ini harus terus mengatur siklus kehamilan indukan kucing Persia agar ritme bisnis tetap terjaga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar