Jumat, 09 Januari 2009

Menulis: hobby, terapi, belajar, atau pekerjaan



Menulis sebagai hobby
Kalau sudah menjadi hobi, apapun akan dilakukan dengan senang hati. Seorang yang hobinya nge-game, dibela-belain sampai subuh gak tidur demi menyelesaikan misi-nya. Demikian juga dengan seorang yang hobinya menulis.

Setiap ada kejadian, pasti berusaha untuk dituliskan. Buku catatan harian (diary), desktop, blog, bahkan di mobile-devicepun semua berisi tulisan-tulisan pribadinya.
Yang jelas, penulis kategori ini, every-time every-where nulis terus. Dan tentunya, tulisan-tulisan tersebut didasari oleh suatu kejadian yang memicunya untuk menulis. Bukannya mekso!

Menulis untuk terapi
Saya pernah membaca sebuah artikel (lupa kapan dan dimana), menulis dapat digunakan sebagai terapi yang efektif bagi penderita penyakit kanker, khususnya bagi orang yang susah berkomunikasi dan cenderung mengasingkan diri.
Apa yang ditulis adalah salah satu usaha untuk mengobati dirinya sendiri. Misalnya:

“kanker termasuk satu penyakit dari sekian banyak penyakit mematikan lainnya. Apakah hidup saya akan selesai karena penyakit ini? Jodoh, rejeki, hidup, dan mati sudah digariskan oleh Tuhan. Sebagai hamba-Nya saya hanya berusaha menjalankan setiap apa yang diperintahkan, dan…”

“Mungkin besok saya sudah tiada, atau mungkin juga masih diberi kesempatan dalam beberapa hari, bulan, atau mendapat diskon beberapa tahun lagi. Apakah saya harus menyerah menghadapi kondisi sekarang ini? Penyakit yang saya derita, selama tidak menganggu kondisi fisik saya, maka saya menjadi orang normal seperti teman-teman yang lain. So… lets go! nge-blog lagi…”

ups… ini cuman contoh aja loH, saya sehat-sehat aja kok! gak kena kanker, meskipun sudah lama gak nge-blog. Kalau kanker = kantong kering, iya… :D

Menulis sebagai cara untuk belajar
Setiap orang punya cara sendiri untuk belajar. Salah satunya belajar dengan media menulis. Belajar dengan membuat sebuah tulisan. Misalnya dalam semester ini saya mendapat materi kuliah Java, maka saya coba menuliskan kembali apa-apa yang telah dijelaskan oleh dosen dan menambahkan beberapa informasi lain yang saya dapatkan dari buku. Mencoba membuat rangkuman sederhana.

Dalam proses menulis, mungkin saya menemukan beberapa pertanyaan/permasalahan yang tidak saya pahami. So… minggu depan, saya siapkan pertanyaan ini untuk ditanyakan ke pak/bu dosen.
Diupload ke blog? kenapa tidak… siapa tahu rangkuman kecil itu bermanfaat bagi orang lain. Atau, mungkin saja ada yang berkomentar dengan permasalahan2 yang saya temukan dan ungkapkan melalui tulisan itu.
Hmmm… gak ada salahnya to, belajar dengan menulis?!

Menulis karena Profesi (bukan hobby)
Menulis karena profesi tidak sama dengan menulis karena hobi. Meskipun sama-sama mempunyai tulisan yang banyak, atau dengan kata lain, menulis sebanyak mungkin, tetapi keduanya memiliki motivasi yang berbeda.
Menulis karena hobi adalah kegiatan menulis yang dilakukan dengan senang hati. Tidak ada tuntutan, tidak ada paksaan. Setiap selesai menulis, si-penulis langsung mendapatkan penghargaan dari dirinya sendiri, “Alhamdulillah… akhirnya selesai”. Kondisi mental/psikologisnya pun bertambah satu poin.
Berbeda dengan penulis profesi (belum tentu profesional) seperti yang dialami oleh para jurnalis, penulis buku, dan atau sejenisnya. Demi mencapai target atau deadline, akhirnya, apapun ditulis. Yang penting dapat honor, yang penting mencapai target, yang penting…

Bukan bermaksud memukul rata, tapi tidak sedikit penulis terpaksa semacam ini. Mau bukti? banyak tulisan-tulisan di koran (mungkin juga tabloid/majalah) yang notabene dibaca oleh banyak orang, ternyata banyak yang salah tulis (atau kesalahan tulis ulang, edited by editor).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar