Jumat, 02 Januari 2009

Hobi membawa hoki

Berawal Hobi, Berujung Hoki

Klasifikasi ilmu pengetahuan tidak boleh membatasi kreativitas! Ungkapan itu yang menjadi pegangan Arie Ardiansyah (26) dalam berkarya. Betapa tidak, saat mulai belajar bahasa pemrograman sekitar tiga tahun lalu, kreator Aradaz VST Plugin (perangkat lunak amplifier) tersebut masih tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran.

Awalnya, sebagai seorang pemain gitar pada band Disconnected, yang ada dalam pikiran Arie hanyalah tentang musik. "Waktu itu, saya hanya ingin membuat perangkat lunak efek digital untuk gitar yang keren. Saya hanya ingin membuat rekaman di rumah sendiri," tutur Arie, Kamis di ruang studionya di Jalan Suka Senang V, Bandung.

Ia penasaran, mengapa cukup banyak perangkat lunak musik yang dapat diakses secara gratis di internet. Pikir Arie, jika orang lain bisa, ia pun juga harus bisa. Dari rasa penasaran itulah, ia mulai belajar bahasa pemrograman.

Total, tiga bulan ia habiskan untuk melahap buku-buku bahasa pemrograman.

Padahal, saat itu, Arie tengah menggarap skripsi. Selain bahasa pemrograman, dia juga belajar audio plugin, komponen perangkat lunak yang menjalankan fungsi pemrosesan sinyal digital.

Bermodalkan perangkat lunak gratisan bonus membeli sound card, ia mulai mengutak-atik rumus fisika. "Saya harus belajar matematika dan fisika lagi. Ini penting karena setelah menurunkan rumus-rumus itu, barulah bisa dikonversikan dalam bahasa pemrograman, kata pemuda kelahiran Palembang tersebut.

Terus mencoba

Tak terhitung berapa kali Arie gagal dan mencoba lagi menemukan rumus yang tepat untuk sebuah efek suara yang pas. Setelah tiga bulan berlalu, akhirnya lahir VST Plugin pertamanya yang diberi brand Aradaz.

Kini setelah merancang empat jenis VST Plugin, Arie juga berhasil menggarap Cabinet Simulator, sebuah perangkat lunak yang berfungsi menyimulasikan berbagai jenis suara speaker. Selain itu, Arie juga membuat Maximizer, karya terbaru yang proses pengerjaannya diakui paling sulit.

Maximizer ini berfungsi memaksimalkan level suara untuk proses rekaman.

Saat ini Arie masih menggratiskan siapa pun yang berminat memakai plugin rancangannya. Ia hanya memperoleh 100 dollar AS per bulan untuk iklan yang masuk ke blog-nya dan 50 dollar AS berupa donasi.

Namun, ia kini berencana menjualnya. "Aku ingin bikin industri VST Plugin yang mempekerjakan mahasiswa, jadi lebih komersial. Satu program bisa dijual mulai 50 dollar AS hingga 250 dollar AS. Tahun 2009 sudah harus terealisasi," kata Arie.

Cerita serupa diutarakan Christian Senjaya (30) dari Menara Games. Bermula dari kegemarannya bermain berbagai permainan (games) di komputer, lulusan Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan itu bersama beberapa rekannya membuat beberapa program perangkat lunak permainan.

Arie dan Christian adalah contoh nyata generasi muda yang berhasil mengembangkan potensi ekonomi lewat kreativitas dan orisinalitas. Jika ada kemauan untuk berkembang, sebuah hobi pun niscaya pada akhirnya akan mendatangkan hoki.... (GREGORIUS MAGNUS FINESSO)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar