Kamis, 01 Januari 2009

Hobi Bersepeda


Hobi Bersepeda
Seru dan Bikin Sehat

Tingkat kesulitan olahraga yang satu ini cuma satu tingkat di atas joging. Tapi kalau mau serius, ternyata harus bermodal.

Bicycle... bicycle....

I want to ride my bicycle.... I want to ride my bike

I want to ride my bicycle

I want to ride it where I like

(Queen: Bicycle Race)

Pernah dengar lagu di atas? Well, kalau belum tuh lagu dipopulerkan oleh Queen, salah satu ikon musik rock dunia. Lagu itu aslinya merupakan tribute Freddie Mercury untuk salah seorang atlet Tour de France di tahun 1980-an. Rasanya lagu itu memang pas buat menggambarkan serunya main sepeda.

Bersepeda juga enggak kayak olahraga lain yang butuh teknik rumit. Dari jenis olahraganya, bersepeda bisa dibagi dua, yaitu on road dan off road.

Kalau sering melihat sekelompok pesepeda di jalan bergerombol, nah itu yang dimaksud sepeda on road atau dikenal juga dengan road bike. Trek yang ditempuh biasanya di jalan-jalan dalam kota.

”Off road”

Selain sepeda balap on road, sepeda off road juga mulai ramai. Mirip sama mobil off road, sepeda jenis ini juga dipakai di jalan tanah dan bergunung.

Karena medan yang dilalui relatif lebih sulit, enggak heran jenis sepeda ini lebih lengkap. Ada dua jenis sepeda off road, yaitu full suspention dan hard tail. Dua jenis itu selalu dipakai oleh para penggemar sepeda off road atau extreme bike.

Untuk full suspention biasanya dipakai buat penggemar turunan atau downhill. Kalau pernah lihat di TV pembalap yang main cepet-cepetan naik MTB di turunan, nah itu tuh downhill. Biasanya yang dipakai adalah sepeda tipe full suspention. Ini penting karena getaran sepeda saat turun bisa diredam oleh shockbreaker di garpu depan dan belakang sepeda.

Sepeda jenis ini biasanya fork (garpu) depannya lebih tinggi ketimbang belakang. Soalnya ketika di turunan, sudut kemiringan sepeda enggak akan terlalu ekstrem. Alhasil sepeda jadi lebih mudah dikontrol.

Tipe hard tail biasanya dipakai di medan yang bervariasi. Tipe hard tail sendiri bisa dicirikan dari adanya satu shockbreaker di garpu depan. Kalau kata pemakainya seperti Hayunaji, drumer Discus dan Melly Band, tipe ini lebih cepat dapat momentum ketika digenjot. Alhasil untuk dapat kecepatan maksimum jadi lebih gampang.

Kalau kita mungkin lebih banyak yang kepincut sepeda jenis off road. Kesannya lebih adventure. Cocok buat yang senang cross country atau main di daerah pedesaan. Untuk yang suka modifikasi, kita bisa menambah shockbreaker, rem cakram, menambah gir, dan lain-lain.

Harga

Yang jadi masalah sekarang adalah harganya. Untuk bisa serius dan fokus di olahraga ini, punya sepeda yang baik dan bagus wajib hukumnya. Namun, sepeda yang bagus biasanya mahal. Dimas aja kudu menebus sepeda balap Polygon Cyclos-nya seharga Rp 4,2 juta. Meski ada yang harganya di bawah Rp 2 juta, tetap saja mesti keluar duit, bukan?

Begitu juga dengan sepeda off road. Kata Hayunaji lagi, sepeda MTB jenis ini harganya bisa mencapai Rp 15 juta-Rp 20 juta. Sepeda dilengkapi dengan sensor komputer yang akan mengatur kerja shockbreaker. Jadi begitu dijalanin dan merasakan kontur jalan, sepeda akan mengatur seberapa banyak getaran yang akan diserap. Canggih dah pokoknya!

Meski begitu, ada juga yang kisarannya Rp 1,5 juta. ”Tapi kalau saran gue mending langsung beli yang medium. Soalnya, begitu lo cobain olahraga ini dijamin pasti ketagihan dan ujung-ujungnya pengin beli yang lebih bagus. Ketimbang beli yang murah terus beli lagi, mending langsung beli yang sedang ajalah,” ungkap Hayunaji lagi.

Sepeda kelar, masih ada urusan lain. Kostum, jack! Untuk bersepeda kan ada kostum standarnya tuh. Helm, jersey, celana, dan sepatu. Untuk kelas yang sedang aja, bisa habis Rp 2 jutaan untuk yang satu ini. Dimas menghabiskan 750 ribuan buat ngangkut helm, dan Rp 600.000-an untuk jersey dan celana. Sementara sepatu Shimano ditebusnya dengan harga Rp 600.000. Meski mahal, kostum sepeda jelas berguna. Bukan cuma buat gaya-gayaan doang.

So, pilihan ada di tangan kita. Mau serius atau enggak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar